Senin, 30 Maret 2009

Charles Chaplin

Sir Charles Spencer Chaplin, Jr. KBE (lahir di East Street, Walworth, London, 16 April 1889 – wafat di Vevey, Swiss, Swiss, 25 Desember 1977 pada umur 88 tahun), atau Charlie Chaplin, adalah aktor komedi Inggris yang merupakan salah satu pemeran film terkenal dalam sejarah Hollywood di era film hitam putih, sekaligus sutradara film yang sukses. Aktingnya di layar perak menjadikan Charlie Chaplin sebagai salah satu artis pantomim dan badut terbaik yang sering dijadikan panutan bagi seniman di bidang yang sama.

Di dalam film-filmnya, Chaplin sering memerankan karakter "The Tramp", seorang gelandangan berpotongan kumis petak yang memiliki etiket dan martabat seorang bangsawan. Kostum berupa jas kesempitan, celana panjang yang kebesaran, serta ke mana-mana membawa tongkat dan memakai topi tinggi.

Film-film awal Chaplin diproduksi pada tahun 1914 di Keystone Studios yang merupakan tempat Chaplin belajar teknik pembuatan film, sekaligus mengembangkan karakter Tramp. Chaplin pertama kali memperkenalkan karakter Tramp kepada publik melalui film keduanya, Kid Auto Races at Venice (diedarkan 7 Februari 1914) dan film ketiganya Mabel's Strange Predicament (9 Januari 1914).

Di akhir kontrak dengan Keystone, Chaplin sudah bisa menyutradarai dan menyunting sendiri film-film pendek yang dibuatnya. Film-film tersebut ternyata sukses besar. Di tahun 1915, Chaplin menyetujui kontrak satu tahun dengan studio Essanay. Setelah itu, kontrak bernilai besar untuk selusin film komedi tipe dua reel disepakati Chaplin dengan studio Mutual Film di tahun 1916. Studio memberinya kebebasan artistik yang nyaris tanpa batas. Dalam dalam jangka waktu 18 bulan, Chaplin berhasil menyelesaikan 12 judul film.

Setelah kontrak dengan studio Mutual habis di tahun 1917, Chaplin menandatangani kontrak produksi 8 film tipe dua reel dengan studio First National. Selain pembiayaan dan distribusi film-film (1918-1923) yang ditanggung studio First National, kebebasan artistik seluruhnya berada di tangan Chaplin. Dengan kebebasan berkreasi ada di tangan, Chaplin membangun studio Hollywood sendiri. Pada periode ini tercipta film-film Chaplin yang tak lekang dimakan waktu, dan masih bisa dijadikan panutan bagi pembuat film yang lain. Film-film yang diproduksi Chaplin bersama First National berupa film komedi dengan masa putar singkat, misalnya: A Dog's Life (1918) dan Pay Day (1922), ditambah film dengan masa putar lebih panjang, misalnya: Shoulder Arms (1918), dan The Pilgrim (1923). Film Chaplin asal periode ini dengan masa putar standar dan berhasil menjadi klasik adalah The Kid (1921).

Di tahun 1919, Chaplin mendirikan distributor film United Artists bersama-sama Mary Pickford, Douglas Fairbanks, dan D. W. Griffith. Mereka berempat berusaha melepaskan diri dari sistem monopoli yang dipegang distributor film dan pemilik modal di Hollywood. Usaha ini berhasil, dan kemandirian Chaplin sebagai pembuat film tetap terjamin berkat adanya kendali penuh atas film yang diproduksi di studio milik sendiri. Nama Chaplin terus tercatat sebagai anggota dewan direktur UA hingga di awal tahun 1950-an.

Seluruh film Chaplin yang diedarkan United Artists bermasa putar standar, dimulai dari A Woman of Paris (1923), diikuti film The Gold Rush (1925) yang nantinya menjadi klasik, dan diakhiri dengan The Circus (1928).

Film-film bisu yang hingga sekarang dianggap sebagai karya terbesarnya, City Lights (1931) dan Modern Times (1936) justru dibuat Chaplin ketika dunia sinema sudah mengenal film bersuara. Di kedua film tersebut, Chaplin mengerjakan sendiri efek suara dan ilustrasi musik. Film City Lights mungkin berisi keseimbangan sempurna antara komedi dan sentimentalitas ala Chaplin. Adegan terakhir film City Lights dipuji kritikus James Agee yang berkomentar di majalah Life tahun 1949 sebagai: "sepotong akting paling hebat yang pernah direkam seluloid".

Film bersuara karya Chaplin yang dibuat di Hollywood adalah: The Great Dictator (1940), Monsieur Verdoux (1947), dan Limelight (1952).

Film bersuara sudah dikenal sejak tahun 1927, tapi Chaplin terus bertahan dengan film-film bisu selama dekade 1930-an. Film Modern Times (1936) adalah film bisu, tapi memperdengarkan dialog yang keluar dari benda-benda mati, seperti radio atau pesawat televisi. Chaplin memang sengaja membuatnya seperti itu untuk membantu penonton film di tahun 1930-an yang tidak lagi terbiasa melihat film bisu. Film Modern Times sekaligus film pertama yang memperdengarkan suara Chaplin (pada lagu yang dipasang di akhir film).

Chaplin dikenal sebagai artis serba bisa, koreografi film Limelight (1952) dikerjakannya sendiri, begitu pula lagu latar film The Circus (1928). Lagu berjudul "Smile" merupakan ciptaan Chaplin yang paling terkenal di antara semua lagu yang pernah ditulisnya. Ditulis untuk film "Modern Times", lagu "Smile" diberi tambahan lirik untuk dinyanyikan Nat King Cole sewaktu ingin diedarkan kembali di tahun 1950-an. Lagu "This Is My Song" dari film terakhir Chaplin, "A Countess From Hong Kong" berhasil menjadi hit dalam berbagai bahasa di tahun 1960-an (terutama versi Petula Clark). Film Limelight berisi lagu tema berjudul "Eternally" yang berhasil menjadi hit di tahun 1950-an.

Ilustrasi musik untuk film Limelight yang dikerjakan Chaplin mendapat nominasi Academy Awards di tahun 1972. Hal ini dimungkinkan karena pertunjukan perdana di Los Angeles tertunda selama dua dekade.

Dua film terakhir Chaplin dibuat di London: A King in New York (1957) yang dibintanginya sendiri (sekaligus penulis skenario dan sutradara), dan A Countess from Hong Kong (1967) dengan bintang Sophia Loren dan Marlon Brando. Film A Countess from Hong Kong merupakan penampilan Chaplin yang terakhir, tampil singkat secara cameo sebagai awak kapal yang sedang mabuk laut.

Salah satu karya yang diketahui sebagai karya terakhir Chaplin adalah ilustrasi musik yang ditulisnya untuk memperbarui A Woman of Paris, karyanya yang kurang sukses di tahun 1923. Chaplin dikelilingi banyak wanita yang berpengaruh penting dalam hidup dan karirnya.

Charlie Chaplin dan Paulette Goddard dalam film Modern Times (1936). Penampilan terakhir di layar perak bagi karakter Tramp.

Chaplin dikelilingi banyak wanita yang berpengaruh penting dalam hidup dan karirnya.

Hetty Kelly

Cinta pertama Chaplin adalah pada Hetty, penari yang ditemuinya di London ketika Hetty masih berusia 15 tahun dan Chaplin 19 tahun. Chaplin tergila-gila dan melamarnya, tapi ditolak. Chaplin memutuskan keduanya untuk tidak saling berjumpa lagi, walaupun keputusan ini membuat hatinya hancur. Hetty tewas menjadi korban epidemi influenza tahun 1918.

Edna Purviance

Chaplin dan aktris lawan main tetapnya, Edna Purviance terlibat hubungan asmara sewaktu memproduksi film-film di studio Essanay dan Mutual dari tahun 1916 hingga 1917. Hubungan mereka tampaknya putus di tahun 1918, dan keduanya tidak mungkin rujuk sebab Chaplin menikah dengan Mildred Harris di akhir tahun yang sama. Edna terus berperan sebagai peran utama wanita di film-film Chaplin sampai tahun 1923, dan terus menerima gaji dari Chaplin hingga wafat tahun 1958.

Mildred Harris

Mildred yang berusia 16 tahun menikah dengan Chaplin yang sudah berusia 29 tahun pada 23 Oktober 1918. Pernikahan ini akibat Mildred yang masih di bawah umur mengira dirinya sudah hamil. Di antara keduanya lahir Norman Spencer Chaplin (dikenal sebagai "The Little Mouse") yang meninggal sewaktu masih kecil. Chaplin dan Mildred bercerai tahun 1920.

Pola Negri

Dari tahun 1922–1923, Chaplin terlibat hubungan dengan aktris Pola Negri yang baru datang dari Polandia untuk memulai karir di Hollywood. Hubungan mereka berdua sangat unik, dan tidak seperti biasanya Chaplin mau terang-terangan membeberkan hubungannya dengan wanita di muka publik. Penulis biografi Chaplin sebagian berpendapat hubungan Chaplin dan Pola adalah semata-mata untuk publisitas.

Lita Grey

Di usia 35, Chaplin berhubungan dengan Lita Grey yang berusia 16 tahun sewaktu persiapan film The Gold Rush. Setelah Lita hamil, mereka menikah tanggal 26 November 1924. Perkawinan menghasilkan 2 anak, aktor Charles Chaplin Jr. (1925–1968) dan Sydney Earle Chaplin (1926–). Perkawinan ini menjadi bencana karena keduanya tidak saling cocok. Chaplin dan Lita bercerai tahun 1928, dan menerima uang tunjangan perceraian yang jumlahnya memecahkan rekor pada saat itu. Chaplin harus membayar 825.000 dolar AS kepada bekas istrinya, ditambah 1 juta dolar AS untuk mengurus perkara ini. Perceraian ini begitu sensasional hingga membuatnya stres, dan diduga sebagai penyebab memutihnya rambut Chaplin. Penulis biografi Chaplin, Joyce Milton menulis dalam buku Tramp: The Life of Charlie Chaplin bahwa pernikahan Chaplin-Grey merupakan inspirasi novel Lolita karya Vladimir Nabokov di tahun 1950-an.

May Reeves

May mulanya diterima bekerja sebagai sekretaris pribadi untuk menemani Chaplin dalam perjalanan panjang ke Eropa (1931-1932). Tugas May nantinya membacakan surat-surat pribadi yang ditujukan kepada Chaplin, tapi baru sepagian bekerja, May dipertemukan dengan Chaplin yang langsung jatuh cinta. Keduanya menjadi sangat lengket hingga Syd kakak Chaplin jadi sebal. Setelah Syd ikut terlibat asmara May, hubungan cinta segitiga ini berakhir dan May keluar dari rombongan Chaplin. Reeves mengisahkan hubungan singkatnya dengan Chaplin dalam buku The Intimate Charlie Chaplin.

Paulette Goddard

Chaplin terlibat hubungan asmara sekaligus hubungan kerja dengan aktris Paulette Goddard dari tahun 1932-1940. Pada waktu itu, Goddard tinggal di rumah kediaman Chaplin di Beverly Hills. Chaplin "menemukan" bakat Goddard dan memberikannya peran utama wanita untuk film Modern Times dan The Great Dictator. Status pernikahan dengan Chaplin yang tidak mau dijelaskan Goddard membuat namanya dicoret dari calon pemeran Scarlett O'Hara untuk film Gone with the Wind. Setelah berpisah di tahun 1940, Chaplin dan Goddard mengaku keduanya pernah menikah diam-diam di tahun 1936. Pengakuan ini kemungkinan dibuat untuk mencegah rusaknya karir Goddard, karena secara pribadi Chaplin pernah mengaku tidak menikahi Goddard secara resmi. Chaplin membayar sejumlah tunjangan perceraian untuk Goddard setelah perkawinan secara hukum adat di antara keduanya berakhir damai di tahun 1942.

Joan Berry

Chaplin sempat sebentar terlibat hubungan asmara dengan aktris Joan Berry di tahun 1942. Chaplin ingin memasangnya sebagai peran utama wanita dalam film yang akan diproduksi. Hubungan mereka berakhir setelah Joan mulai menunjukkan gejala sakit jiwa. Keterlibatan singkat Chaplin dengan Joan nantinya banyak membuat repot. Setelah melahirkan anak di tahun 1943, Joan menuntut Chaplin untuk bertanggung jawab. Walaupun tes darah menunjukkan anak yang dilahirkan Joan bukanlah anak Chaplin, pengadilan tidak menerima tes darah tersebut sebagai bukti. Chaplin diperintahkan membayar dukungan finansial bagi anak Joan.

Oona O'Neill

Sewaktu berperkara dengan Joan Berry, Chaplin bertemu dengan Oona O'Neill, putri Eugene O'Neill, dan menikahinya tanggal 16 Juni 1943. Chaplin di usianya yang ke 54, sedangkan Oona baru 17 tahun. Setelah perkawinan berlangsung, ayah Oona sampai meninggal dunia tidak pernah menghubungi atau mau dihubungi putrinya. Chaplin dan Oona ternyata saling akur, Oona merindukan cinta laki-laki dengan sosok kebapakan, sebaliknya Chaplin haus kesetiaan seorang wanita muda. Perkawinan ini sekaligus digunakan Chaplin untuk mengangkat popularitasnya di mata publik yang mulai menurun. Pernikahan dikaruniai 8 anak, berlangsung lama dan bahagia. Putra Chaplin dari Oona ada 3 orang: Christopher, Eugene, dan Michael Chaplin, serta 5 putri: Geraldine, Josephine, Jane, Victoria, dan Annette-Emilie Chaplin.

Chaplin wafat di usia 88 tahun dalam tidurnya pada Hari Natal tahun 1977, di Vevey, Swiss. Chaplin dimakamkan di Pekuburan Corsier-Sur-Vevey di Corsier-Sur-Vevey, Vaud, tapi makamnya dipindah di dekat Danau Jenewa setelah pernah dicuri sekelompok orang.

Slide Aliran Desain





'bout Jakarta Bienalle 09

Jakarta Biennale XIII 2009

Jakarta Biennale adalah pameran seni yang diadakan 2 tahunan. Ada dua perbedaan pokok antara Biennale Jakarta sebelumnya dengan Jakarta Biennale 2009. Yang pertama, ini kali pertama pameran ini bersifat internasional. Kedua, ini disandingkan dengan berbagai kegiatan dari berbagai cabang seni yang disebut ARENA.

ARENA berusaha memberi jawaban pada pertanyaan-pertanyaan tentang seni dan kota. Menjadikan Jakarta Biennale lebih dapat dinikmati dan dimaknai oleh masyarakat yang lebih luas. Oleh karena itu pula Biennale ini dimulai dengan beberapa kegiatan seni yang menghampiri masyarakat melalui ZONA PEMAHAMAN dan ZONA PERTARUNGAN, dimana karya para seniman, hasil kolaborasi antara praktisi antardisiplin seni (arsitek, desainer grafis, fotografer, dll), dan mahasiswa dihadirkan di ruang publik seperti pusat perbelanjaan , sampai pada tembok, papan reklame, dan taman. Sebuah terobosan baru yang tidak dilihat dalam Jakarta Binnale sebelumnya.

ARENA juga menghadirkan pameran yang bertempat di Galeri Nasional dan Grand Indonesia melalui ZONA CAIR dengan materi karya seniman kontemporer dari berbagai Negara: Pameran berskala Internasional yang membantu kita mengenal kebudayaan bangsa lain, dan secara lebih khusus lagi, melihat bagaimana perkembangan seni rupa dunia bisa diperbandingkan dengan karya-karya seniman tanah air.

Zona Pemahaman
Zona pemahaman sendiri dimaksudkan memperkenalkan kembali apa yang dimaksud dengan ARENA. Diawali dengan rangkaian pameran serta kegiatan sederhana, mengajak masyarakat luas untuk menyadari apa yang tengah terjadi.

Karya yang menarik di Zona Pemahaman menurut kelompok kami :
Pameran Foto : Ruang Perempuan
















Sebagai salah satu acara di Zona Pemahaman Jakarta Biennale 2009, pameran ruang perempuan berusaha menguak permasalahan yang mungkin muncul ketika kota dibangun tanpa memperhatikan unsur manusianya. Ketika manusia harus menyesuaikan diri dengan struktur kota-dan bukan sebaliknya-sangat mungkin muncul permasalahan ruang.



Zona Pertarungan
Program zona pertarungan ini bertujuan untuk menanggapi keberadaan ruang publik Jakarta yang semakin terbatas. Mengkaji ulang ruang, memori serta menciptakan ruang baru yang tak hanya berarti ruang fisik namun juga ruang gagasan yang kontekstual.

Karya yang menarik di Zona Pertarungan menurut kelompok kami :
Caterpaper















Di sejumlah jalanan Jakarta, tukang tambal ban punya cara kreatif meningkatkan laba : menebarkan paku-paku di jalanan pada malam hari, beberapa ratus meter sebelum lokasi tempat usahanya. Kelompok Caterpaper beberapa kali manjadi korban, mereka lalu meneliti jalanan Jakarta, dimana saja tkp itu, kemudian membuat dua tanda peringatan di beberapa tempat. Caterpaper memasang rambu tersebut di daerah Cawang, MT. Haryono, Daerah Monas, Daerah Rawasari, Daerah Klender.


Zona Cair
Zona Cair disajikan sebagai upaya untuk menawarkan pemetaan baru tentang praktek seni rupa kontemporer di wilayah Asia tenggara.

Karya yang menarik di Zona Cair menurut kelompok kami :
Hoang Duong Cam






















Karya ini menanggapi masalah kurangnya atau palsunya platform kritis untuk memperbincangkan masalah-masalah kontemporer dalam seni, sastra, persoalan sosial, politik dan sebagainya di Vietnam.

Jumat, 06 Maret 2009

stefan sagmeister video

http://www.youtube.com/watch?v=eZp-H9g_jeY

Kamis, 26 Februari 2009

'bout Stefan Sagmeister







Stefan Sagmeister

lahir pada tahun 1962 di Bregenz, Austria.
Ia adalah seorang desainer grafis dan tipografer. Saat ini berbasis di New York City.
Sagmeister memiliki perusahaan desain sendiri yang dinamai
Sagmeister Inc.
Ia telah merancang layout cover bagi album-album terkenal meliputi Lou Reed, the Rolling Stones, David Byrne, Aerosmith dan Pat Metheny.


Biografi

Sagmeister belajar desain grafis di University of Applied Art Vienna.

Ia kemudian mendapatkan beasiswa Fulbright untuk belajar di Pratt Institute di New York.

Ia memulai karir di bidang desain pada usia 15 di “Alphorn”, sebuah majalah Austria Pemuda yang ternama.

Pada tahun 1991, dia pindah ke Hong Kong untuk bekerja di Leo Burnett dari
Hong Kong Design Group.

Pada tahun 1993, dia kembali ke New York untuk bekerja di Tibor Kalman’s M & Co.

Stefan Sagmeister melanjutkan untuk membentuk Sagmeister Inc yang berbasis di New York pada tahun 1993, dan telah merancang merek, gambar, dan kemasan untuk klien yang berbeda-beda seperti yang Rolling Stones, HBO, Guggenheim Museum dan Time Warner.

Sagmeister Inc telah memperkerjakan desainer termasuk Martin Woodtli, Hjalti Karlsson dan Jan Wilker, yang kemudian membentuk Karlssonwilker.


Sagmeister.Inc menunjukkan bahwa pekerjaannya telah menjangkau dan dikenal di Zurich, Vienna, New York, Berlin, Jepang, Osaka, Prague, Koln, dan Seoul.

Stefan Sagmeister juga mengajar di departemen dari Sekolah Seni Visual di New York dan telah ditunjuk sebagai Ketua Frank Stanton di Cooper Union School of Art, New York.


Dia telah menerima sebuah Grammy Award pada tahun 2005 untuk Best Boxed or Special Limited Edition Package, karena desain box pertama di dunia yang dibuat dengan "Talking Heads".


Motto Stefan Sagmeister adalah:

Desain memerlukan keberanian untuk melampaui kesulitan dari sang desainer yang terus membawa jiwa keberanian itu hingga eksekusi akhir."